LingkarJabar – Pagi itu, langit Jawa Barat tetap cerah. Anak-anak berangkat sekolah dengan riang. Para pedagang membuka lapak dengan harapan. Namun, di balik semua rutinitas itu, kabar dari luar negeri mulai menyusup. Kasus Covid-19 kembali menggejala di beberapa negara Asia.
Termasuk di Jawa Barat, belakangan ini terkuak bahwa enam warga Jawa Barat kembali terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka telah mendapat perawatan medis yang memadai. Seperti dilansir beberapa media mainstream, 04/06/2025.
Kabar ini menjadi kekhawatiran dan juga pengingat bahwa virus tersebut masih ada, mengintai di tengah aktivitas masyarakat yang perlahan kembali normal. Kekhawatiran pun mulai muncul, seiring kesiapan pemerintah untuk kembali membuka opsi vaksinasi booster bagi masyarakat.
Pemerintah Jawa Barat cepat tanggap. Gubernur mengimbau rakyat tetap tenang. Dinas Kesehatan menyatakan siap menggelar vaksinasi booster bila diperlukan. Semua seolah bergerak sigap untuk melindungi rakyat dari kemungkinan terburuk.
Namun di sudut hati, sebagian orang mulai bertanya, “Bukankah dulu, saat pandemi melanda, vaksin jadi barang rebutan? Jika vaksin booster kembali digelar, apakah kesehatan, yang seharusnya hak semua orang, kembali dijual dalam kemasan indah bernama “perlindungan jiwa”?
Sungguh getir jika memikirkan itu. Sebab, dalam sistem kapitalisme sekarang ini, sakit bisa menjadi sumber keuntungan. Bahkan nyawa pun bisa jadi komoditas.
Pandangan Islam
Islam mengajarkan sesuatu yang berbeda. Islam tak mengizinkan tubuh manusia jadi ladang bisnis. Dalam Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat. Rasulullah Saw. bersabda, “Imam adalah pengurus rakyat (raa’in) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan mereka.”
Negara bertugas memastikan semua orang sehat, tanpa harus membayar mahal. Allah Swt. melarang manusia menjadikan dirinya celaka, “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195).
Negara wajib memberi pengobatan. Wajib menyediakan rumah sakit gratis. Wajib menjamin setiap orang mendapat perawatan, sebagaimana Rasulullah Saw. menyediakan dokter umum untuk seluruh rakyatnya. Umar bin Khattab ketika menjadi pemimpin, membangun rumah sakit di Madinah. Semua gratis. Tak ada biaya tersembunyi.
Bayangkan betapa tenteram hati rakyat saat itu. Tidak ada kecemasan soal biaya. Tidak ada kekhawatiran soal kesehatan. Sebab negara hadir sebagai pelindung sejati.
Dulu di Baghdad, rumah sakit Bimaristan berdiri megah. Siapa pun yang sakit langsung ditangani dengan gratis. Karena dalam Islam, kesehatan adalah hak, bukan dagangan.
Lalu kita pun merenung. Betapa adilnya sistem Islam. Betapa damainya hidup di bawah aturan Allah Swt. Tak ada ruang bagi kapitalisme yang menjadikan penderitaan sebagai peluang bisnis.
Semoga harapan ini tak padam. Semoga datang masanya, di mana setiap warga bisa berkata, “Aku sehat, karena negaraku benar-benar menjagaku.” Bukan karena dompet tebal. Bukan karena kuasa modal. Tapi karena kasih sayang sistem yang adil, sebagaimana Islam mengajarkannya.
Penulis : Ummu Fahhala, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)