BANJAR. LingkarJabar – Wali Kota Banjar, Sudarsono, dan Wakil Wali Kota, Supriana hadir langsung dalam prosesi sakral Hajat Bumi Pulo Majeti yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Ngabumi Majeti ke-7 bertema Aksamala Sapta Mandala (Tujuh Kesucian Semesta), pada Kamis 03 Juli 2025.
Sehari sebelumnya, Rabu 02 Juli 2025, masyarakat adat Kawargian Majeti menggelar Prosesi Seba yang dipimpin langsung oleh Ketua Kawargian Majeti, Dudi Iskandar. Rombongan berjalan kaki dari situs cagar budaya Pulo Majeti menuju Pendopo Kota Banjar untuk menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah sebagai simbol penghormatan dan syukur.
Dalam Seba Hasil Bumi, masyarakat menyerahkan hasil pertanian seperti padi, tumpeng, ketan, dan bakakak hayam kepada Wali Kota dan jajaran Forkopimda. Prosesi ini disimbolkan sebagai bentuk “Tatanen ka Tujuh Pang Agung Nagari di Kota Banjar”.
Rangkaian kegiatan dilanjutkan hari ini dengan tradisi nyangkreb, mipit, serta Kirab Budaya yang berlangsung di situs Pulo Majeti sebagai puncak acara.
Ketua Kawargian Pulo Majeti, Dudi Iskandar, menyampaikan bahwa Hajat Bumi merupakan ungkapan syukur atas panen serta harapan untuk keberkahan dan kemakmuran. Ia menegaskan bahwa Seba bukan hanya ritual, tetapi juga bentuk komunikasi budaya antara masyarakat adat dengan pemerintah.
“Kami membawa hasil bumi sebagai simbol keberkahan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Ini adalah bentuk penghormatan dan penyambung hubungan antara masyarakat adat dengan pemerintah,” ujarnya.
Acara juga diisi dengan doa bersama sebagai pengingat pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan leluhur.
“Ngabumi Majeti tahun ini mengusung semangat tujuh kesucian semesta, yang kami maknai sebagai tujuh jalan kebajikan untuk menjaga alam, budaya, dan spiritualitas masyarakat,” tambah Dudi.
Ia berharap generasi muda dapat terus melanjutkan tradisi ini sebagai warisan budaya yang membentuk identitas masyarakat.
Sementara itu, Wali Kota Banjar, Sudarsono, menyatakan bahwa Hajat Bumi adalah warisan budaya yang sangat bernilai dan harus dilestarikan, bukan sekadar kegiatan seremonial.
“Tradisi Hajat Bumi yang diawali dengan prosesi adat Seba ini sangat bermakna. Ini bukti bahwa masyarakat Banjar masih menjaga jati diri dan budaya leluhur,” ujar Sudarsono.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata.
“Tradisi seperti ini bukan hanya memperkuat identitas budaya, tapi juga bisa menjadi potensi besar dalam memperkuat sektor pariwisata daerah. Ini meneguhkan nilai kebersamaan, rasa syukur atas hasil bumi, serta mempererat solidaritas sosial,” jelasnya.
Kehadiran langsung Wali Kota dan Wakil Wali Kota dalam kegiatan ini mencerminkan komitmen nyata Pemerintah Kota Banjar dalam mendukung pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berkarakter. (Joe)