Berita  

Mural “BANJAR KOTA RIPUH” di Perempatan Seponyono Picu Polemik dan Simpati Warga

BANJAR. LingkarJabar – Sebuah mural mencolok bertuliskan “BANJAR KOTA RIPUH” muncul di dinding salah satu sudut kota, tepatnya di perempatan Seponyono, Kota Banjar. Karya mural tersebut langsung menyita perhatian para pengguna jalan yang melintas, terutama karena penggunaan warna-warna menyala seperti merah, kuning, dan putih, serta keberadaan tag bertuliskan nama komunitas MASRUM dan frasa “By. KDM”.

Tulisan “BANJAR KOTA RIPUH“, yang dalam bahasa Sunda bermakna “Banjar sedang tidak baik-baik saja”, dianggap sebagai bentuk kritik sosial terhadap kondisi terkini Kota Banjar. Di sisi kiri mural, tertulis pula kata “KOTA”, mempertegas pesan yang diarahkan kepada kondisi kota secara keseluruhan.

Komunitas MASRUM atau Masyarakat Seni Rupa Mural, yang dikenal aktif mengangkat isu sosial melalui seni jalanan, diduga berada di balik aksi ini. Aksi mural tersebut diyakini sebagai respon atas berbagai persoalan yang dirasakan masyarakat, mulai dari kesenjangan sosial, masalah ekonomi, hingga tata kelola kota yang dianggap belum memuaskan.

Baca Juga :  Tangis Haru dan Bahagia Warga Terdampak Bencana, Dapat Bantuan Dari Polsek Nagrak Polres Sukabumi

Tanggapan masyarakat terhadap mural itu pun beragam. Sebagian warga menilai aksi ini sebagai bentuk keberanian menyuarakan keresahan publik, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai vandalisme yang terlalu provokatif dan berpotensi menimbulkan polemik.

Pihak kelurahan bersama aparat ketertiban telah meninjau lokasi mural, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi mengenai apakah mural tersebut akan dipertahankan sebagai bentuk ekspresi seni atau dihapus karena dianggap melanggar peraturan.

Sejauh ini belum ada klarifikasi langsung dari pihak MASRUM mengenai maksud mural tersebut. Namun, frasa “By. KDM” yang tercantum dalam karya tersebut diduga merujuk pada pernyataan Dedi Mulyadi di media sosial yang sebelumnya juga menyebut Banjar sebagai “kota ripuh”. Indikasi ini semakin memperkuat bahwa aksi mural merupakan bentuk solidaritas terhadap pernyataan tersebut.

Baca Juga :  Pembayaran Gaji Perdana 1.027 P3K Kota Banjar Tertunda, Proses Administrasi Belum Rampung

Ali Rosmawan, salah seorang pengendara yang melintasi lokasi, mengungkapkan pandangannya. “Kalau saya lihat dari kata-katanya, mungkin ini bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah kota. Atau mungkin ini bentuk dukungan terhadap pernyataan Pak Dedi Mulyadi,” ujarnya, Rabu (2/1/2025) malam.

Sementara itu, Dimas Ahmad, warga Tanjungsukur, juga menilai mural tersebut sebagai refleksi keresahan masyarakat. “Tulisan itu bisa jadi bentuk keprihatinan terhadap kondisi kota yang banyak masalah. Ekonomi, lapangan kerja, semua masih jadi PR besar bagi pemerintah,” ucapnya.

Meski menimbulkan kontroversi, mural “BANJAR KOTA RIPUH” kini telah menjadi simbol kuat dari suara masyarakat yang merasa belum sepenuhnya mendapat perhatian, membuktikan bahwa seni jalanan masih menjadi medium ekspresi publik yang kuat di tengah keterbatasan ruang untuk bersuara. (Joe)