BANJAR, LINGKARJABAR – Kerusuhan yang terjadi usai pertandingan sepak bola dalam lanjutan Liga 1 antara Persib melawan Persija, yang dimenangkan oleh Persib dengan skor 2-0, menarik perhatian banyak komunitas suporter di Jawa Barat, salah satunya Bobotoh Aswaja.
Kekecewaan tampak jelas di wajah Ajat Sudrajat atau yang lebih dikenal sebagai Ajat Duff, seorang tokoh penting Bobotoh Aswaja. Kekecewaan tersebut muncul karena Persib saat itu sangat membutuhkan poin untuk memperbaiki posisi di papan klasemen Liga 1 Indonesia.
“Saya sangat kecewa dengan insiden yang terjadi di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) setelah pertandingan Persib melawan Persija. Ini sudah di luar kendali suporter. Namun, kejadian tersebut sudah terjadi dan mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah agar tidak terulang di masa depan,” ujar Ajat Sudrajat.
Menurut Ajat Duff, insiden tersebut seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi perangkat pertandingan, panitia pelaksana, hingga Komisi Disiplin PSSI.
“Ketika ada hal-hal yang merugikan klub, suporter, atau bahkan pertandingan itu sendiri, namun belum ada mitigasi risiko dari perangkat pertandingan, panitia pelaksana, atau pihak keamanan, itu menjadi masalah besar,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai pemicu kerusuhan, Ajat Sudrajat, yang juga pemilik sekaligus komisaris PT. Anugerah Sejahtera Alam Sangkuriang, mengaku tidak mengetahui secara pasti. Namun, dari informasi yang beredar, kericuhan antara suporter dengan pihak keamanan stadion (steward) diduga terjadi karena adanya kekecewaan dan ketidakpuasan dari para Bobotoh.
“Mungkin ada kekecewaan dari Bobotoh. Saya juga sering menonton langsung ke stadion dan saya melihat ada faktor alkohol yang turut mempengaruhi psikologis para Bobotoh,” jelas Ajat.
Sebagai tokoh penting Bobotoh Aswaja dari Kota Banjar, Ajat Duff mengimbau para Bobotoh untuk tetap bersikap santun dan tidak mudah terprovokasi oleh hal-hal yang dapat merusak citra suporter, termasuk nama baik Persib sendiri.
“Kita sering berdiskusi dan bercerita, bagi saya pergi ke stadion ibarat wisata. Jadi, sangat wajar jika ada rasa kecewa ketika tim kalah, namun sebaliknya, tujuan kita menonton sepak bola bukan untuk membuat keributan,” tegas Ajat.
Dengan adanya insiden tersebut, sangat mungkin Persib akan dikenai sanksi dari PSSI selaku induk organisasi sepak bola Indonesia. Menurut Ajat, selama sanksi tersebut diberlakukan dengan adil, dia akan menerimanya.
“Ya, kalau itu demi kemajuan sepak bola dan sanksinya harus adil. Penerapan aturan juga harus tegas agar kejadian serupa tidak terulang. Saya yakin, sampai saat ini belum ada panduan yang jelas (cetak biru) untuk mengatasi masalah seperti ini,” tutupnya.
Ajat juga berharap pemerintah bisa hadir di tengah-tengah komunitas suporter, tidak hanya dalam hal pembinaan, tetapi juga sebagai wadah bagi suporter, termasuk dengan membuat undang-undang yang mengatur suporter. (Johan)