BANJAR, LingkarJabar – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit menakutkan bagi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah beriklim tropis seperti Kota Banjar, Jawa Barat. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. DBD merupakan penyakit serius yang dapat mengancam nyawa, sehingga diperlukan upaya sosialisasi dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Baru-baru ini, sebanyak 11 mahasiswa Universitas Siliwangi (UNSIL) dari kelompok 2 Cakrawala Prabhavi melaksanakan program intervensi berbasis lingkungan di Lingkungan Jadimulya, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Program tersebut diberi nama “SEMANTIK” (Sehatkan Masyarakat Bersama Jumantik). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan DBD melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa UNSIL membentuk tim koordinator dan memilih Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jumantik adalah petugas khusus dari kader kesehatan setempat yang bertanggung jawab memantau keberadaan jentik nyamuk di lingkungan masing-masing. Setiap rumah di Lingkungan Jadimulya diperiksa untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk yang berpotensi menyebarkan DBD. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin setiap minggu oleh tim dan koordinator yang telah dibentuk.
Ketua Kelompok Cakrawala Prabhavi, Fajar Permana, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Praktik Belajar Lapangan (PBL) kedua setelah kegiatan serupa dilakukan sebelumnya.
“Pada 18 Januari 2025, kami melaksanakan intervensi awal dengan mengunjungi rumah-rumah di RT 03/RW 08 sebagai sampel. Kegiatan ini dihadiri perwakilan puskesmas dan kelurahan. Kami melakukan pemeriksaan jentik, edukasi kepada Jumantik, serta pembagian kartu Jumantik dan abate,” ujar Fajar kepada awak media, Jumat 24 Januari 2025.
Rani, Wakil Ketua Kelompok Cakrawala Prabhavi, mengungkapkan salah satu tantangan utama dalam program ini adalah membentuk tim koordinator sukarela di lingkungan Jadimulya.
“Karena sifatnya sukarela, sulit untuk menunjuk atau memilih Tim Koordinator lapangan. Namun, dengan pendekatan dan komunikasi melalui kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian dan posyandu, tantangan tersebut dapat diatasi,” jelas Rani.
Pada 23 Januari 2025, kelompok Cakrawala Prabhavi mengadakan acara Gebyar Launching program SEMANTIK di Aula Kelurahan Hegarsari. Acara tersebut dihadiri oleh dosen pembimbing dari UNSIL, Kepala Puskesmas Pataruman 1, Kepala Kelurahan Hegarsari, Sekretaris Camat, serta perwakilan RT/RW setempat.
“Kami mempresentasikan program SEMANTIK, menampilkan video dokumentasi kegiatan, dan meresmikan pembentukan tim melalui penyerahan Surat Keputusan (SK) oleh pihak kelurahan,” ungkap Fajar.
Selain itu, kelompok Cakrawala Prabhavi juga menjelaskan media pendukung yang digunakan dalam program ini, seperti booklet, kalender PSN, dan kartu Jumantik, yang nantinya akan diberikan kepada warga di RT 03/RW 08 sebagai sampel program.
Oon Patonah, anggota tim koordinasi, menyambut baik program SEMANTIK dan berharap kegiatan ini dapat berjalan efektif. Ia menekankan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada partisipasi aktif Jumantik dalam melakukan PSN dan pengisian kartu Jumantik.
“Semoga program ini dapat menjadi solusi untuk menurunkan bahkan menghilangkan kasus DBD di Jadimulya,” ujar Oon.
Melalui program SEMANTIK, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan demi mencegah penyebaran penyakit DBD. (Johan)