BANJAR, LINGKARJABAR – Keuletan, ketekunan, dan keinginan untuk mencapai kesuksesan menjadi kunci utama dalam keberhasilan Kelompok Tani Galbarman dalam mengembangkan budidaya buah melon. Berkat kerja keras tersebut, Kelompok Tani Galbarman berhasil meraih kesuksesan di bidang pertanian, khususnya dalam budidaya melon jenis Intanon. Keberhasilan ini membuat mereka menerima bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) seri A senilai Rp35 juta dari Bank BJB Cabang Banjar pada Rabu, 11 September 2024.
Penyerahan bantuan CSR tersebut dilakukan secara langsung oleh Penjabat (PJ) Wali Kota Banjar, Ida Wahida Hidayati, yang didampingi oleh Kepala Cabang Bank BJB Banjar, Fajar Firdaus. Acara penyerahan berlangsung di Pendopo Kota Banjar, Jawa Barat, sebagai wujud dukungan pemerintah dan lembaga keuangan terhadap pengembangan sektor pertanian di daerah tersebut.
Ketua Kelompok Tani Galbarman, Iing Solihin, yang menerima bantuan secara langsung, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas perhatian dari Pemerintah Kota Banjar dan Bank BJB Cabang Banjar. Ia menegaskan bahwa bantuan ini akan menjadi motivasi bagi kelompoknya untuk terus berinovasi dan memberikan manfaat bagi para petani lainnya.
“Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dari Pemkot Banjar serta Bank BJB Cabang Banjar. Semoga bantuan ini bisa bermanfaat bagi kelompok kami dan memotivasi para petani di Kota Banjar untuk terus berkembang,” ujar Iing Solihin.
Iing menjelaskan bahwa kesuksesan dalam bidang pertanian, khususnya budidaya melon, tidaklah diraih secara instan. Butuh proses panjang, semangat, serta keuletan untuk terus bertahan dan berkembang. Menurutnya, kunci utama keberhasilan dalam mengembangkan budidaya melon jenis Intanon adalah kemauan dan ketekunan yang tak pernah surut.
“Yang paling penting adalah kemauan, keuletan, dan keseriusan. Saya melihat ada potensi besar dan prospek cerah dalam pengembangan budidaya melon jenis Intanon ini,” jelasnya.
Selain itu, Iing melihat bahwa sektor pertanian di Kota Banjar memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi agrowisata. Selama ini, Kelompok Tani Galbarman juga kerap dijadikan contoh oleh kota-kota lain, terutama dalam bidang pertanian. Banyak siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang datang dari berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah, untuk belajar praktik pertanian di Kelompok Tani Galbarman.
“Kami sering menerima kunjungan siswa-siswi SMK dari luar kota, terutama yang mengambil jurusan pertanian, untuk belajar di sini,” tambahnya.
Menurut Iing, sektor pertanian di Kota Banjar sebenarnya bisa menjadi salah satu fokus utama program pemerintah, terutama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung pertanian modern. Ia menilai bahwa pemerintah perlu lebih terlibat aktif dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian, seperti yang dilakukan melalui program-program pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).
“Untuk pengembangan pertanian, pemerintah tinggal mengambil langkah nyata. Selain montir, menjahit, dan tata boga, kenapa tidak memasukkan pelatihan pertanian dalam program BLK?” ungkap Iing.
Iing juga berharap agar pemerintah lebih serius dalam mendukung sektor pertanian, sehingga bisa dijadikan program kerja yang berkelanjutan. Sebagai Ketua Kelompok Tani Galbarman, Iing siap berbagi pengetahuan dan memberikan pendampingan kepada para petani lain dalam mengembangkan budidaya melon.
“Kota Banjar memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pertanian. Kami, sebagai pelaku usaha tani, sudah membuktikan bahwa hasil produksi kami mampu bersaing dengan daerah lain,” kata Iing dengan penuh keyakinan.
Hasil budidaya melon yang dilakukan oleh Iing Solihin dan kelompoknya telah berhasil menembus pasar swalayan. Bahkan, Kelompok Tani Galbarman telah mendapatkan banyak tawaran kemitraan dari berbagai kota dan kabupaten untuk memasok buah melon. Namun, hingga saat ini, Iing dan kelompoknya masih menghadapi beberapa kendala yang membuat mereka belum siap memenuhi permintaan dalam skala besar.
“Sebenarnya kami sudah bisa masuk ke pasar swalayan karena kualitas buah melon yang kami hasilkan sangat bersaing. Bahkan, kami sudah mendapat tawaran untuk bermitra dengan swalayan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Namun, kami belum siap dari segi volume produksi,” jelas Iing.
Ketidaksiapan tersebut disebabkan oleh keterbatasan produksi, karena untuk memenuhi kebutuhan pasar swalayan, dibutuhkan lebih banyak petani melon yang mampu menghasilkan volume yang memadai. Oleh karena itu, saat ini Kelompok Tani Galbarman lebih fokus pada pengembangan agrowisata sebagai langkah awal sebelum meningkatkan kapasitas produksi.
“Saat ini, kami fokus pada pengembangan agrowisata. Untuk memenuhi kebutuhan pasar swalayan, kami belum siap,” tutupnya.
Iing juga berharap agar tidak hanya pemerintah, tetapi pihak lain, termasuk swasta, dapat terus memberikan dukungan kepada para pelaku usaha tani. Dukungan ini penting agar semakin banyak pelaku usaha tani di Kota Banjar yang muncul dan mengembangkan berbagai jenis budidaya, tidak hanya melon.
Dengan semangat yang terus berkobar, keuletan, serta dukungan yang terus mengalir, Kelompok Tani Galbarman siap untuk terus melangkah maju, menjadi inspirasi bagi para petani lain di Kota Banjar dan sekitarnya. (Johan)