Berita  

Kaderisasi Kepemimpinan Nasional Merupakan Jati Diri SOKSI

BOGOR,LJ – Agenda Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (DEPINAS SOKSI) periode 2020-2025 yang terpilih melalui Rapimnas III dan Munas XI SOKSI di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (25/7/2020) adalah mengembalikan jatidiri SOKSI sebagai wadah pembentukan kader-kader bangsa, calon-calon pemimpin di Negara Indonesia.
Karena sejak dari berdirinya SOKSI oleh Bapak Suhardiman telah digagas pemikiran bahwa bangsa ini hanya akan mungkin mencapai tujuan jika dipimpin oleh kader-kader politik yang memang memiliki wawasan kebangsaan yang komprehensif, yang memiliki kemampuan antisipatif terhadap berbagai tantangan-tantangan yang ada.
“Pak Suhardiman sejak dari dulu beliau bisa membaca arah pergeseran, pergerakan dan perubahan  sebuah masyarakat, perkembangan sebuah bangsa dan Negara ke depan. Karena pendidikan politik kader bangsa yang ditorehkan oleh Pak Suhardiman itu bukan melahirkan seorang kader yang hanya membentuk fisik yang sehat tapi juga tentang wawasan, pemikiran, kemampuan analisis terhadap sejumlah problematik kehidupan berbangsa dan bernegara dan juga tantangannya ke depan sehingga membentuk kader yang antisipatif yang di orientasikan untuk menjaga dan membentengi kehidupan Pancasila kita.” ujar Agun Gunandjar Sudarsa , Ketua Bidang Organisasi dan Pengkaderan DEPINAS SOKSI.
Dalam sejarah, SOKSI dibentuk dengan latar belakang kondisi stabilitas sosial politik yang terjadi pada awal tahun 1960-an, dimana saat itu dominasi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menginginkan beberapa ideologi yaitu Nasionalis, Agama dan Komunis masuk ke berbagai lapisan struktur bernegara, hal ini bukan hanya membuat huru hara, namun juga sangat mengancam kedaulatan dan kesatuan yang sesuai landasan Pancasila.
Maka lahirlah SOKSI pada tanggal 20 Mei 1960 yang mampu mewadahi dan menghimpun organisasi kemasyarakatan dibawah kepemimpinan Suhardiman dan sejak kemunculannya itu, SOKSI mengalami perkembangan dari segi sejumlah anggota di berbagai wilayah Indonesia, kemudian membentuk strategi pengkaderan melalui program P2KB (Pendidikan Politik Kader Bangsa) dan komposisi organisasi yang terstruktur sehingga SOKSI sebagai salah satu cikal bakal kelahiran Sekber Golkar yang berperan memberikan dukungan politik terhadap Sekber Golkar, memiliki hubungan yang sangat bersejarah dan di fungsionalisasikan dalam bentuk simbiosis mutualisme sehingga posisi SOKSI di dalam Sekber Golkar menjadi sangat signifikan keberadaannya.
“Sejarah mencatat bahwa kebesaran Sekber Golkar sampai terbentuk 7 Kino yang diikuti Hasta Karya, Golkar bisa memberikan kemenangan buat kita bersama, SOKSI pun sebagai organisasi pendiri Partai Golkar sudah barang tentu akan memenangkan kembali kejayaan Partai Golkar ini di tahun 2024, buat menyemangati dan langkah optimis menuju kemenangan Partai”, ucap Agun meyakinkan.
Dengan menempatkan dan memposisikan kembali SOKSI sebagai salah satu Organisasi pendiri Partai Golkar yang berusaha meraih ulang kejayaan partai, maka sudah menjadi keharusan bagi kader-kader SOKSI untuk terus memberikan karya ataupun sumbangsih kepada Partai Golkar mengingat Golkar sebagai alat perjuangan sekaligus tujuan bernegara. 
“Tentunya kita menguatkan barisan kader-kader SOKSI buat kejayaan Golkar, karena ini merupakan alat perjuangan sekaligus tujuan kita bernegara. Ini penting untuk kita pahami, khususnya bagi kader yang berhimpun di Depidar dan lembaga sayap organisasi di internal SOKSI untuk turut juga membantu kemenangan bagi partai di 2024 nanti, baik di Legislatif ataupun Pemilihan Presiden,” 
Lalu bagaimana dengan asal peserta P2KB ini ? Ternyata pendidikan politik kader bangsa ini tidak hanya untuk internal SOKSI tapi juga untuk umum. “Kalau untuk kader SOKSI sendiri itu sudah pasti, diwajibkan, tapi P2KB ini juga terbuka ruang bagi umum untuk turut serta bahkan peserta dari partai lain pun kami terbuka” Papar Agun 
Sementara itu, Politikus senior Partai Golkar, Ir. H. Ahmadi Noor Supit yang terpilih sebagai Ketua Umum DEPINAS SOKSI, dalam pidato politiknya menyoroti kaderisasi hampir semua partai politik di Indonesia yang menurutnya tidak berjalan dengan benar.
“Di mana-mana parpol tidak lagi melakukan kaderisasi yang benar, sehingga pencalonan pemimpin dari partai bukan kader, tapi siapa yang bisa bayar, begitu lama seorang kader mengabdi di suatu organisasi masyarakat dan partai politik, tapi ketika ada rekrutmen yang berkesempatan adalah yang bisa membayar,” tegas Ahmadi, panggilan akrabnya.

“Proses kaderisasi di militer saja dimulai dari berpangkat letnan, kapten, kolonel sampai jenderal, begitu juga birokrasi sipil, kaderisasi kepimpinan bangsa ini harusnya berjenjang,” lanjutnya.
Sebagai Ketua Umum terpilih, Ahmadi menekankan bahwa SOKSI tidak boleh lagi membiarkan seorang pemimpin lahir dari proses tidak benar.
“SOKSI harus bisa memberikan kader pilihan terbaik untuk menjadi pemimpin bangsa ini, untuk itu SOKSI harus kembali melakukan kaderisasi kepemimpinan, SOKSI tidak kenal kader lompat sana lompat sini, kita sebagai organisasi selalu kenal siapa yang memimpin SOKSI,” ucapnya penuh semangat.
Ahmadi mengajak seluruh jajaran SOKSI dari tingkat DEPINAS hingga Ranting bersiap di masa depan untuk melakukan kaderisasi kepemimpinan agar tidak mengecewakan bangsa Indonesia.
“Mari kita semua bertekad dari Depinas hingga Ranting, bersiap ke depan direkrut jadi pemimpin di tiap tingkatan, kita tidak boleh kecewakan bangsa ini, tidak boleh jadi pemimpin karbitan,” Pungkasnya.(iyank/red)